# pikiran- pikiran jenuh
Sudah pernah ku katakan, aku hanya kalah dengan keberuntungan dan nepotisme. Itulah yang sampai saat ini membuatku terus gagal dan terkadang harus patah. Sekarang adalah titik jenuh dengan semua penghalang kegagalanku. Mulai hari ini aku akan melawan keberuntungan yang sepertinya belum mau sedikit menopang skenario kusut hidupku dengan doa. Yaa, hanya doa senjataku. Dan aku akan berusaha melawan nepotisme dengan berdiam hingga mereka sadar bahwa parasit akan cepat mati.
Aku harus tetap hidup sampai aku merasa hidupku telah cukup. Karena aku tahu bahwa Tuhan menciptakanku bukan tanpa sebab. Tuhan menciptakanku untuk menjadi seorang pejuang yang akan menang. Aku memang seorang pemimpi, karena orang sepertiku tidak akan bisa bertahan tanpa mimpi besar. Inilah kelebihanku, menjadi pemimpi ulung.
Banyak yang aku pelajari sekarang, dari masalah pro- kontra pentingnya bersekolah. Dan aku putuskan bahwa sekolah  itu sangat penting. Penting untuk mengetahui bahwa sebenarnya bersekolah itu tidak penting. Penting untuk memikirkan betapa tidak pentingnya bersekolah. Inilah yang membuatku yakin tentang pentingnya bersekolah. Diluar itu semua, bersekolahlah untuk menjadi orang yang sok penting.
Berdalihlah bahwa semua demi kebaikan dan ketertiban. Kebaikan yang semakin tidak baik karena aturan- aturan konvensional yang terus membuat hidupku istirahat ditempat dengan police line para pemikir tirani. Kekuasaan yang seolah menjadi simbol- simbol kebesaran yang sejatinya vakum. Para penggila hormat yang semakin membuatku muak. Para pemain watak yang membuatku semakin laknat. Dan para penjilat yang membuatku semakin tamat.
Sikap antipati nyatanya tidak menjadi solusi jitu merubah semua tatanan. Hanya membuat kedoknya semakin bertengger dilevel atas. Apalagi konfrontasi yang justru akan membuat penggagasnya basi karena mati suri.
Konklusinya : bergabunglah dalam dunia- dunia yang membuatmu jatuh agar semakin lama kalian mengaduh dan terpendam hidup- hidup dalam ketidak pedulian