Benarkah seperti ini ?. . .

Oke...disini saya akan menuangkan pandangan saya mengenai berbagai hal.

Yang pertama saya akan berbicara masalah dunia maya, dengan catatan bukan dunia Gaib yang akan saya bahas disini melainkan ‘jejaring sosial’ yang basicnya bersifat nyata tapi pada kenyataannya hanya maya.

Dan yang perlu diketahui lagi, saya tidak membahas seluk-beluk dunia perFBan, perTwitteran, perKaskusan, pernikahan, perceraian, perselingkuhan ( hLoooh...ralat untuk 3 kata terakhir excLuded ) dan sebagainya. Tapi saya akan membicarakan masalah peLaku jejaring sosial tersebut. Manusia, yaa..Manusia. kalaupun ada mahLuk lain yang secara tidak langsung ikut nimbrung bukan lagi urusan saya, itu diluar pencapaian ilmu yang saya renungkan bersama ki Manteb 7 jam 7 menit yang lalu.

Baiklah kita mulai saja acara Ruqiah hari ini.

Pertama-tama saya mau tanya duLu, apakah anda termasuk ke dalam golongan-golongan pecandu jejaring sosiaL? Jawab saja ‘iya’ supaya cepat selesai saya meramalkan kehidupan anda. Seberapa sering hasrat anda untuk mengutak-utik dunia maya tersebut? Paling tidak sekedar melihat-lihat keadaan sekitar target operasi anda, atau sekedar mengamankan jalannya pertandingan? ‘Sering’ saya yakin. aLasannya karena saya tidak menanyakan seberapa sering anda merealisasikan hasrat anda tetapi hanya bertanya masalah hasrat yang ada dalam diri anda. Ibaratnya , apakah anda ingin menjadi orang kaya? Pasti. Disinilah persamaannya. Saya menanyakan keinginan anda,hanya keinginan dan bukan menanyakan misi yang telah anda capai untuk mewujudkan keinginan tersebut.

Kembali ke benang merah, saya berpikir bahwa hasrat-hasrat tersebut mutlak adanya ketika kita mulai merasa bahwa inilah hidup saya yang baru. Inilah tempat saya bermain watak. inilah alih-alih saya dengan ketidakpuasan hidup di dunia nyata. Inilah dunia pelarian saya karena kegagalan saya hidup di dunia nyata yang syarat kemayaan. Apakah anda merasa lebih hidup di dunia maya? Lebih memiliki gairah untuk memanipulasi hidup? Lebih bisa mengeksplore kehidupan sesuai ‘pesanan’ ?. saya jawab ‘ tidak tepat sekali ’.

Jelas sekali bahwa hidup yang katanya nyata ini tak dapat mewujudkan kepuasan-kepuasan rohani manusia yang bernaung didalamnya. Jangan salahkan siapa-siapa untuk hal ini. Dan jangan salahkan kami para pecandu jejaring sosial karena disinilah kami menemukan salah satu alasan untuk tetap hidup. Yaitu pertemanan.

Karena pada proLog diatas saya terlanjur menuliskan kalimat ‘yang pertama’ dan melisankan dalam tulisan bahwa saya akan membahas ‘berbagai hal’ disini, maka mau tidak mau saya harus membagi pandangan-pandangan saya yang lain.

Tetapi maaf saudara-saudara pembaca, saya belum bisa melanjutkan intepretasi saya mengenai hal lain pada page ini. insyaAllah akan saya lanjutkan pada kelonggaran page selanjutnya. Doakan saja ide-ide saya mengalir deras dan lepas dari banjir kesesatan paradigma yang sering menampakkan tahtanya. Amin .

Gado-gado

Jika kita melihat cinta, apa yang sekarang ada?
Aku bukan tidak suka,melainkan tidak mau
Tidak mau menghidupi keLihaian mata terhadap jiwa
Bukannya tidak mau, melainkan tidak suka
Tidak suka meLihat kehidupan jiwa yang selalu terbungkam oleh kebahagiaan mata
cinta ini rumit, bukan antara mau atau suka
Atau tidak mau dan tidak suka
Cinta itu masalah, bukan masalah kelihaian mata menikam jiwa

Pada hakikatnya, Cinta adalah cinta
Bukan kamus yang akan mendeskripsikan cinta melainkan cinta itu sendiri yang membuat manusia mengartikan kesubjektifannya

Nominasi PiaLa OSCAR 2011

Tanpa ProLog.

Berikut daftar lengkap nominasi Piala Oscar tahun 2011 ini:

Pemeran Utama Pria Terbaik:

* Javier Bardem dalam film 'Biutiful'
* Jeff Bridges dalam film 'True Grit'
* Jesse Eisenberg dalam film 'The Social Network'
* Colin Firth dalam film 'The King's Speech'
* James Franco dalam film '127 Hours'

Pemeran Pria Pendukung Terbaik:

* Christian Bale dalam 'The Fighter'
* John Hawkes dalam 'Winter's Bone'
* Jeremy Renner dalam 'The Town'
* Mark Ruffalo dalam 'The Kids Are All Right'
* Geoffrey Rush dalam 'The King's Speech'

Pemeran Utama Wanita Terbaik

* Annette Bening dalam 'The Kids Are All Right'
* Nicole Kidman dalam 'Rabbit Hole'
* Jennifer Lawrence dalam 'Winter's Bone'
* Natalie Portman dalam 'Black Swan'
* Michelle Williams dalam 'Blue Valentine'

Pemeran Pendukung Wanita Terbaik

* Amy Adams dalam 'The Fighter'
* Helena Bonham Carter dalam 'The King's Speech'
* Melissa Leo dalam 'The Fighter'
* Hailee Steinfeld dalam 'True Grit'
* Jacki Weaver dalam 'Animal Kingdom'

Film Animasi Terbaik

* 'How to Train Your Dragon', Chris Sanders and Dean DeBlois
* 'The Illusionist', Sylvain Chomet
* 'Toy Story 3', Lee Unkrich

Art Director

* 'Alice in Wonderland', Disain Produksi: Robert Stromberg; Set Decoration: Karen O'Hara
* 'Harry Potter and the Deathly Hallows Part 1', Disain Produksi : Stuart Craig; Set Decoration: Stephenie McMillan
* 'Inception', Disain Produksi : Guy Hendrix Dyas; Set Decoration: Larry Dias and Doug Mowat
* 'The King's Speech', Disain Produksi : Eve Stewart; Set Decoration: Judy Farr
* 'True Grit', Disain Produksi : Jess Gonchor; Set Decoration: Nancy Haigh

Cinematography

* 'Black Swan', Matthew Libatique
* 'Inception', Wally Pfister
* 'The King's Speech', Danny Cohen
* 'The Social Network', Jeff Cronenweth
* 'True Grit', Roger Deakins

Penata Kostum

* 'Alice in Wonderland', Colleen Atwood
* 'I Am Love', Antonella Cannarozzi
* 'The King's Speech', Jenny Beavan
* 'The Tempest', Sandy Powell
* 'True Grit, Mary Zophres

Sutradara Terbaik

* 'Black Swan', Darren Aronofsky
* 'The Fighter', David O. Russell
* 'The King's Speech', Tom Hooper
* 'The Social Network', David Fincher
* 'True Grit', Joel Coen and Ethan Coen

Dokumenter (Feature)

* 'Exit through the Gift Shop', Banksy and Jaimie D'Cruz
* 'Gasland', Josh Fox and Trish Adlesic
* 'Inside Job', Charles Ferguson and Audrey Marrs
* 'Restrepo', Tim Hetherington and Sebastian Junger
* 'Waste Land', Lucy Walker and Angus Aynsley

Documenter (Short Subject)

* 'Killing in the Name', Jed Rothstein
* 'Poster Girl', Sara Nesson and Mitchell W. Block
* 'Strangers No More', Karen Goodman and Kirk Simon
* 'Sun Come Up', Jennifer Redfearn and Tim Metzger
* 'The Warriors of Qiugang', Ruby Yang and Thomas Lennon

Editing Film Terbaik

* 'Black Swan, Andrew Weisblum
* 'The Fighter, Pamela Martin
* 'The King's Speech', Tariq Anwar
* '127 Hours', Jon Harris
* 'The Social Network', Angus Wall and Kirk Baxter

Film Berbahasa Asing Terbaik

* 'Biutiful' dari Meksiko
* 'Dogtooth' dari Yunani
* 'In a Better World' dari Denmark
* 'Incendies', Kanada
* 'Outside the Law (Hors-la-loi)', Aljazair

Penata Make up

* Adrien Morot untuk film 'Barney's Version'
* Edouard F. Henriques, Gregory Funk and Yolanda Toussieng untuk film 'The Way Back'
* Rick Baker and Dave Elsey untuk film 'The Wolfman'

Musik (Original Score)

* 'How to Train Your Dragon', John Powell
* 'Inception', Hans Zimmer
* 'The King's Speech', Alexandre Desplat
* '127 Hours', A.R. Rahman
* 'The Social Network', Trent Reznor and Atticus Ross

Musik (Original Song)

* 'Coming Home' di film 'Country Strong', Musik dan lirik oleh Tom Douglas, Troy Verges dan Hillary Lindsey
* 'I See the Light' di film 'Tangled', Musik oleh Alan Menken, lirik oleh Glenn Slater
* 'If I Rise' di film '127 Hours', Musik oleh A.R. Rahman, lirik oleh Dido & Rollo Armstrong
* 'We Belong Together' di film 'Toy Story 3', Musik dan lirik oleh Randy Newman

Film Terbaik

* 'Black Swan'
* 'The Fighter'
* 'Inception'
* 'The Kids Are All Right'
* 'The King's Speech'
* '127 Hours'
* 'The Social Network'
* 'Toy Story 3'
* 'True Grit'
* 'Winter's Bone'

Film Pendek (Animated) Terbaik

* 'Day & Night', Teddy Newton
* 'The Gruffalo', Jakob Schuh and Max Lang
* 'Let's Pollute', Geefwee Boedoe
* 'The Lost Thing', Shaun Tan and Andrew Ruhemann
* 'Madagascar, carnet de voyage (Madagascar, a Journey Diary)', Bastien Dubois

Film Pendek (Live Action) Terbaik

* 'The Confession', Tanel Toom
* 'The Crush', Michael Creagh
* 'God of Love, Luke Matheny
* 'Na Wewe, Ivan Goldschmidt
* 'Wish 143, Ian Barnes and Samantha Waite

Naskah Adaptasi Terbaik

* '127 Hours', Danny Boyle & Simon Beaufoy
* 'The Social Network', Aaron Sorkin
* 'Toy Story 3', Michael Arndt; Story by John Lasseter, Andrew Stanton and Lee Unkrich
* 'True Grit', Joel Coen & Ethan Coen
* 'Winter's Bone, Debra Granik & Anne Rosellini

Naskah Asli Terbaik

* 'Another Year', Mike Leigh
* 'The Fighter', Scott Silver, Paul Tamasy & Eric Johnson; Story by Keith Dorrington & Paul Tamasy & Eric Johnson
* 'Inception', Christopher Nolan
* 'The Kids Are All Right', Lisa Cholodenko & Stuart Blumberg
* 'The King's Speech', David Seidler

EpiLogpun tak sempat diterbitkan.
(*FD/Ft:Dok.Berbagai Sumber)*

Lelucon MenjeLang Kematian ( Gus Dur )

: AgusNoor
1/
Aku ingin mendengar leluconmu, sebelum mati. Engkau pun bercerita perihal kerbau.
Syahdan, seekor kerbau muncul di depan istana. Para penjaga heboh, dan segera melapor pada Presiden. “Apa yang harus kami lakukan?” tanya penjaga. “Jangan gegabah. Kita mesti hati-hati, pada apa yang belum kita mengerti,” jawab Presiden. “Pasti saya akan ambil keputusan, tapi nanti.”
Dan kau, juga aku, pada akhinya tahu: seorang penyair pernah mengatakan, hidup hanya menunda kekalahan. Maka, bagi Presiden itu, hidup hanya menunda keputusan.

2/
Maut, yang berdiri di sisi ranjang pun tertawa. Bahkan, menjelang mati pun kamu masih lucu. Lalu perlahan disentuhnya, ruhmu.
“Bukan kematian benar menusuk kalbu,” katamu, seperti pada bait puisi. “Tapi, bila boleh menawar, saya tak ingin mati hari ini. Sekarang 25 Desember, bukan? Hari yang ranum dan bahagia. Saya tak ingin siapa pun yang merayakan kelahiran Tuhan, berduka karna kematian saya.”
Maut terasa fana. Dalam mati pun, ada yang terasa lebih berharga.

3/
Seperti dalam puisi, gerimis pun mempercepat kelam. Langit penuh kesedihan. “Sebelum mati, ijinkan saya berpesan,” katamu. “Jangan Kau biarkan orang-orang saling dorong atau berdesakan saat pemakaman. Apalagi sampai ada yang mati terinjak atau pingsan.”
Kenapa, kata-Ku.
“Karna nanti malah dikira orang antri rebutan sumbangan…”

4/
Ingin kutulis puisi, sesuatu yang kelak retak tetapi kuharap abadi, setelah kau mati. Kata-kata yang tak pudar di keramik waktu.
“Biarkan saya mati dengan tenang, tak perlu repot memikirkan puisi. Ada baiknya saya jujur: sebenarnya saya tak terlalu suka puisi. Kau tahu, penyair lebih rumit dari sopir bajaj. Di jalanan, kalau bajaj mau belok, yang tahu hanya sopir bajaj dan Tuhan. Tapi kalau penyair menulis puisi, bahkan Tuhan dan penyairnya sendiri tak tahu, apa yang ditulisnya itu.”
Tapi aku ingin menulis puisi. Meski mungkin tak akan pernah menjadi abadi. Lihatlah, di matamu yang perlahan terkatup, seperti ada perih puisi.
Ya, katamu, selalu ada yang jauh lebih tak terduga dari puisi, melebihi mati.

5/
Seperti ada yang perlahan-lahan sampai. Seperti ada yang tugur di sisimu.
“Tuan Tuhan, bukan?”
Tunggu sebentar. Gus Dur lagi tidur

JadwaL Ngampus Semester Empat

RABU : DPP Drs. Basuki R,M.Pd 13.10 – 15.10 B 102
Analisa Vektor Edy S,S.Si 15.10 – 17.10 B 104

KAMIS : Persamaan Differensiasi Drs. Sanusi M.Pd 07.30 – 09.30 B 101
Geometri Transformasi Dra. Benny Handoyo 09.30 – 10.50 B 101
Belajar dan Pembelajaran Matematika Drs. Suroso M.Pd
10.50 – 12.10 B 104
Kalkulus Lanjut Rizki T ,S.Pd, M.Pd 12.30 – 14.30 B 103

SABTU : Profesi pendidikan Drs. Yuli E, M.Pd 08.10 – 09.30 B 102
Bahasa Inggris Fatria Adimura, S.Pd 09.30 – 11.30 B 102

Kritik Tak Harus Bersifat Membangun

Kritik Tak Harus Bersifat Membangun

Parah Arah

Terjebak bahagia untuk merengkuhmu
Menempatkan polesan rapi pada celah kosongku
Menutup segala kemungkinan tentang kedukaan
Membuka laci-laci yang sempat terisi besi yang mendustai
Membiarkan kemeriahan membungkam tiap laci yang sempat dikotori
Membujukmu masuk sebagai kotoran suci yang aku gemari

Kini. . . .

Membuyar semakin samar
Mengalun mengiringi lantun
Mengaduh dalam gaduh
Meredam seakan padam
Mengigau bersama kau
Malam ini

Harga Buku Pramoedya A.T.

Buku-buku karya Pramoedya Ananta Toer :

*) Terbitan Lentera Dipantara
Judul : Bumi Manusia
Harga : Rp 90.000

Judul : Anak Semua Bangsa
Harga : Rp 90.000

Judul : Jejak Langkah
Harga : Rp 95.000

Judul : Rumah Kaca
Harga : Rp 90.000

Judul : Bukan Pasar Malam
Harga : Rp 25.000

Judul : Cerita Calon Arang
Harga : Rp 26.000

Judul : Ditepi Kali Bekasi
Harga : Rp 35.000

Judul : Gadis Pantai
Harga : Rp 50.000

Judul : Jalan Raya Pos, Jalan Daendels
Harga : Rp 30.000

Judul : Larasati
Harga : Rp 35.000

Judul : Menggelinding I
Harga : Rp 72.000

Judul : Midah Si Manis Bergigi Emas
Harga : Rp 32,000

Judul : Panggil Aku Kartini Saja
Harga : Rp 48.000

Judul : Realisme Sosialis dan Sastra Indonesia
Harga : Rp 35.000

Judul : Sang Pemula (stock kosong)
Harga : Rp 52.500

Judul : Sekali Peristiwa Di Banten Selatan
Harga : Rp 27.000

Judul : Tempo Doeloe; Antologi Sastra Pra Indonesia
Harga : Rp 45.500

Buku terjemahan Pramoedya AT, terbitan Lentera Dipantara
Judul : Dewi Uban; He Tjing Ce Ting Ji
Harga : Rp 21.500

Judul : Kembali Pada Cinta Kasihmu ~ Leo Tolstoy
Harga : Rp 19.000

Judul : Hikayat Siti Mariah ~ Haji Mukti
Harga : Rp 45.000

Judul : Tikus & Manusia ~ John Steinbeck
Harga : Rp 18.500

*) Terbitan KPG (Kepustakaan Populer Gramedia)
Judul : Cerita Dari Digul
Harga : Rp 40.000

Judul : Mangir
Harga : Rp 25.000

Judul : Perawan Remaja dalam Cengkeraman Militer
Harga : Rp 30.000

*) Terbitan Hasta Mitra
Judul : The Mute Of Soliloguy
Harga : Rp 150.000

Buku karya Pramoedya AT dan kawan-kawan
Judul : Kronik Revolusi Indonesia 1946 Jilid II
Penerbit : KPG
Harga : Rp 66.000

Judul : Kronik Revolusi Indonesia 1947 Jilid III
Penerbit : KPG
Harga : Rp 54,000

Judul : Kronik Revolusi Indonesia 1948 Jilid IV
Penerbit : KPG
Harga : Rp 98.000

Judul : Prosa 2; Oposisi, Seks, dan Amerika
Penulis : Pramoedya A T, Putu Wijaya Antonia Logue, Keith F, dll
Penerbit : Metafor Publishing
Harga : Rp 35.000

Buku-Buku mengenai Pramoedya Ananta Toer
Judul : Pramoedya dari Dekat Sekali
Penulis : Koesalah Soebagyo Toer
Penerbit : KPG
Harga : Rp 38.000

Judul : Saya Terbakar Amarah Sendirian!
Penulis : Andre Vltchek dan Rossie Indira
Penerbit : KPG
Harga : Rp 25.000

Judul : Majalah MataBaca, Edisi Pebruari 2006
Penulis : Tim Redaksi Majalah MataBaca
Penerbit : Gramedia Majalah Group
Harga : Rp 12.500


mengenai harga, saya tidak menjamin bahwa yang saya tampiLkan diatas 100% vaLid dikarenakan berbagai haL yang harus dipertimbangkan, diantaranya:

1) harga diatas akan didiskon 10%-20% jika teman-teman membeLi buku-buku tersebut di Toko Buku Alternatif Jendela Jl. Cikabuyutan No. 6 Baranangsiang BOGOR Telp. 0251 ~ 8379439 Hp. 0251 3984470 (Flexi) email : jendelaonline@yahoo.com atau di www.jendela-online.com

2) tiap toko buku punya strategi marketing berbeda-beda, untungnya saya beLum ada modaL buat ngebangun toko buku jadi saya tidak perLu susah-susah nyari strategi jitu buat narik peLanggan ky situh!!hahaaa

3)Lain halnya jika teman-teman mencari buku-buku tersebut di Loakan, harga cincai Lahh..!!Lu oLang mo nawarL beLapa juga boLeh aa..yang penting Lu oLang kaga ngLugiin gw,

seLamat berburuuuuuu!!Ganbatte kudasai

Percakapan Bisu

Benarkah kau akan pergi sekarang nak?, benarkah rumah ini akan kau tinggalkan?, benarkah ucapan tetangga- tetangga itu?, kapan terakhir kita saling berbicara nak?, benarkah ibu kini sendiri?. Yakinkan ibumu ini nak!. Yakinkah bahwa ini tak selamanya, seperti yang mereka katakan tentang bapakmu. Kalaupun benar,jangan biarkan ini terjadi sekarang duh Gusti.

Akankah kemarau semakin menjauhkanku dari kerinduan?. Mengapa tak Kau turunkan hujan saja sejak dia pergi? biar semakin awet kedukaan ini melandaku. Aku tidak terlalu paham dengan kemarau atau hujan yang seakan keduanya berkonspirasi mematriku dalam kerinduan, dalam kedukaan, dalam kehilangan yang kubuat samar. Semua yang terjadi tidak akan mengubah kesendirianku di tempat ini. Tetap saja membuatku sendiri. Tanpa anakku.

Dia pergi, ya dia memang pergi. Tapi, apa aku sadar?. Aku sadar bahwa kepura-puraan yang aku ciptakan membuatku seolah tak sadar. Jangan berusaha membangunkanku dari ketidakpedulian ini, karena itulah yang sengaja membuat hidup lebih tenang. Paling tidak selama aku menanti jemputanMu untuk bersama anakku dan juga suami yang entah sudah bersamaMu atau masih Kau permainkan bersama dunia yang kurang bersahabat dengan keluargaku.

Kalau sudah begini mau bicara sama siapa? Tembokkupun sepertinya tak mau ku ajak berdamai. Haruskah aku mengaduh lagi. Jika memang aduhanku ini bisa mempertemukan dengan anakku, akan kulakukan perbuatan pecundang ini setiap hari. Sayangnya tidak seperti itu. Justru akan semakin membangkitkan naluri-naluri untuk terus menyesali.

***

Malam itu, benar waktu itu malam. Dadang,anakku berbicara padaku mengenai niatnya untuk mencari bapaknya, suami yang kata orang sudah mati karena ombak yang telah menghantam ferry yang ia tumpangi 5 bulan lalu. Suamiku bukan nahkoda, nelayan atau sejenisnya melainkan sekedar penumpang. Sempat terpikir untuk melarang niatan Dadang yang sebenarnya wajar untuk sebuah keingintahuan, mencari kepastian lebih tepatnya.

Dadang bukan tipe orang yang suka atau pandai mengutarakan sesuatu secara lisan. Tidak bisu, dia hanya tidak mau melakukan pembelaan terhadap kontradiksi yang sifatnya subjektif. Melakukan pembuktian yang memang tidak harus dibuktikan secara teoritis. Dia menuliskan surat atau prosa entah aku kurang tahu yang jelas begini tulisannya.

“ aku akan pergi
Sebab ingin mencari
Semua sudah tahu,aku mencari bapakku lagi
Yang sejak tiga januari tidak kutemui
Entah sudah berbini, atau lali dengan anak istri
Bahkan tetangga bilang bapak sudah mati
Waktu badai menyambar fery yang dia tumpangi
Aku tetap pergi
Dan kurasa ketiadaanku kali ini akan lama
Dadang ”


Tulisan itu aku temukan dibawah kompor minyak tanah 18 sumbu yang sudah tidak terpakai lagi. Selipan kertas dadang itupun juga tak sebaik kondisi kertas pesan pada umumnya. Bermaksud memberitahuku secara misterius atau berusaha menyembunyikan secara tidak rapat ditempat yang tak mungkin aku hindari. Bagitulah Dadang, dia bukan seorang anak yang hangat yang piawai cari muka didepan banyak orang. Termasuk kepadaku juga, ibunya sendiri. Satu hal yang masih harus kupikirkan adalah mengapa dia mengatakan bahwa kepergiannya kali ini akan lama. Bukankah tujuannya hanya memastikan keberadaan bapaknya saja?. Mengapa dia menuliskan kalimat itu di akhir tulisan. Entahlah, toh surat itu kutemukan saat Dadang sudah pergi. Sudah tak bersamaku lagi. Tidak ada guna memikirkan sesuatu yang terlanjur. Kalau hanya untuk kembali mengingat penyesalan-penyesalan yang memang harus disesalkan. Ku biarkan seolah semua akan baik-baik saja.

Aku tidak terlalu dekat dengan anakku ini. Tapi paling tidak, aku dapat menceritakan sedikit kahidupannaya selama bersamaku.
Seingatku dia tidak pernah mengeluh atau sedikit bersemangat. Sikapnya terlihat acuh terhadap kondisi. Membiarkan alurlah yang menuntun kemana dia harus berjalan mengikuti. Dan sesekali harus istirahat untuk bernegosiasi dengan Tuhan tentang kelanjutan hidupnya. Berangkat sekolah , pamit, pulang, makan, istirahat , sesekali keluar rumah bersama temannya, sedikit belajar,dan itulah rutinitasnya tiap hari. Kadang membuatku jengkel dengan kebosanan yang dia tunjukkan. Dan tak jarang umpatanku mampir ketelinganya. Lagi-lagi seakan dia acuh dengan bualanku. Menganggapku remeh. Membiarkan bualanku bak lagu sendu pemikat nestapa. Dia bukan anak yang baik menurutku. Tidak pernah dia membuatku bangga atau membuatku lega yang berkecukupan. Aku juga tidak habis pikir mengapa aku selalu menyalahkan Dadang disetiap berbuatannya. Menganggapnya selalu cela. Tapi memang itu yang aku rasa tiap melihat hidupnya. Salah. Menjadikanku acuh padanya. Begitu juga dengannya. Tak ada usaha untuk memperbaiki hubungan ibu-anak. Sudah terlalu pekat untuk dicairkan.


Tidak ada kalimat dear diary dikertas yang aku temukan setelah surat kepamitannya yang pertama. Tapi aku yakin ini ucapan yang tidak dapat dia ungkapkan. Sepertinya tulisan ini sudah lebih tua. Terlihat dari warna kertas kusam karena cuaca dan kondisi kertas yang lebih lentur cenderung sobek dengan tinta yang agak luntur meyakinkanku akan usianya. Bukan lagi dibawah kompor, sekarang diatas tumpukan baju kotor. Begini yang dapat kubaca.

“ Seingatku aku tidak pernah mengatakan ‘ aku sedang bersedih,ibu’. Itupun kalau aku masih dianggap punya ingatan olehnya. Celakanya, dia tidak tahu dan entah tidak mau tahu dengan segala peluhku. Ya, dia ibuku. Yang banyak orang katakan sebagai orang yang luar biasa, orang yang tak pernah mengeluh untuk anaknya, orang yang tidak akan membuat anaknya bersedih dan orang yang mau menerima peluh anaknya. Itulah yang selalu tertanam. Dan itulah yang membuatku semakin merasa tidak beruntung.

Aku tidak tahu sejak kapan rasa acuh ini tertanam dan semakin sering bergejolak. Walau tak dapat dipungkiri keacuhan ini kadang padam oleh sedikit ucapannya, aku menyebutnya keramahan. Hanya sedikit. Dan aku berharap hal itu akan berkembang untuk menghindarkanku dari keacuhan-keacuhan yang akan semakin akut, untuk meniadakanku dari kata durhaka. Andai dia bukan ibuku, andai keacuhan ini segera dipadamkan, andai ucapan dari hati itu sering dipertemukan, andai yang mengacuhkanku bukan dia, andai durhaka itu hanya sepi yang menepi tanpa arti dengan batas yang dapat dihempas. Keacuhan ini sudah terlalu mengakar kuat didalam batin kami.

Seandainya masih banyak lagi ingatanku,aku akan jauh lebih menggila. ”


Sejak aku menemukan tulisan itu, satu persatu tulisan Dadang yang lain aku temukan. Entah dimana aku menemukan aku sudah lupa karena dia sengaja menaruh tulisan-tulisan itu secara berpencar. Supaya tak kutahui alur cerita keluhannya. Dan sejak saat itu juga aku tahu ternyata Dadang menyimpan kepedihan lebih dariku. Padahal aku merasa kepedihan yang sekarang sedang mendera hidupku sulit untuk ku atasi. Bagaimana Dadang bisa menyembunyikan semua ini dariku,dari orang-orang yang dia kenal? Dengan tulisan-tulisan yang kutemukan inilah dia berhasil membuat hidupnya tetap menjadi hidup mesti terlihat tak bernyawa, setengah hati dia mencoba hidup.

Sering kali aku memakinya, menyindir hidupnya yang menurutku tak akan ada harapan masa depan yang cemerlang. Benarkah aku sering melakukan itu?. Dalam tulisan Dadanglah aku temukan sikap intimidasi yang ternyata sering aku limpahkan padanya. Hanya karena sering melihat anak-anak para kolega yang sebenarnya tak lebih baik darinya.

“ mau jadi apa kamu?, mau jadi apa kamu?, mau jadi apa kamu?. Mengapa orang tuaku selalu menanyakan hal itu dengan nada sindirannya. Mengapa bukan motivasi yang sekiranya dapat ku terima untuk merealisasikan sindiran-sindiran itu. Aku lebih dari seorang terdakwa yang harus selalu menerima keputusan, celaan, diskriminasi, interversi dari mereka-mereka yang memang punya hak besar dalam hidupku. Dan selebih adalahnya aku tidak berhak mengajukan pledoi seperti para terdakwa pada umumnya. Mereka teramat erat mengunciku dalam aturan-aturan tirani yang tak mungkin aku hindari karena aku sudah terlanjur masuk dan terpasung didalamnya. Sesekali aku ingin menunjukkan kapasitasku sebagai manusia yang notabene punya hak untuk menjelajah hidupku sendiri,pribadiku. Dan lagi-lagi caraku dianggapnya salah. Tidak sesuai aturan konvensional yang mereka anggap lebih mulia, lebih tepatnya dimata orang lain. Mereka selalu memikirkan pandangan orang lain yang menilai. Padahal ada satu hal yang harus mereka ketahui bahwa hidupku tak akan lebih baik dar mereka-mereka yang sudah ada kalau hanya menuruti kisah sukses terdahulu. Tidak akan lebih baik jika kita hanya menjadi seorang plagiat. Kecuali Tuhan berkata lain mengenai keberuntungan kita. Keberuntungan yang entah kapan diwujudkan dan entah kepada siapa diberikan.”


Banyak fakta-fakta yang aku temukan dari tulisan peninggalan anakku ini. Bodohnya lagi, aku tak pernah sadar dengan segala yang aku lakukan. Aku menganggap semua yang aku lakukan hanyalah didikan orang tua yang seharusnya memang dilakukan. Tidak ada maksud dariku memberikan satu jalan yang harus dia lalui tanpa pilihan-pilihan yang membuatnya senang. Aku tidak tahu jika Dadang menganggap ini semua tidak lain dari jeruji besi yang permanen. Yang menjadikannya jalan ditempat dan sesekali istirahat mengendorkan keletihan dengan kondisi yang akan terus begitu.

“ aku tahu bahwasanya bukan hanya aku yang hidup dalam lingkup keluarga dengan atmosfer seperti ini. Tapi tidak ada satupun yang meyakinkanku bahwa aku tidak sendiri. Dan sampai saat ini kubiarkan mereka tetap menjajahku. Hingga suatu saat aku berharap mereka tahu bahwa aku berhak hidup dengan apa yang aku punya, bukan dengan apa yang meraka harapkan. Aku akan bertahan dulu dengan intervensi-intervensi yang mengintimidasiku. Biarlah ke tidak berutunganku ini berlanjut. “


Tulisan keempat yang aku temukan ini juga belum membuatku bergegas untuk meneliti apa saja yang telah dia rasakan selama hidup bersamaku. Aku justru berpikir kebelakang mengapa usahaku menjadikannya sosok yang dapat kubanggakan tak juga terwujud. Itulah sebabnya. Dia tidak mendengarkanku sepenuh hati. Dia hanya mendengar semua aturanku sebagai wacana yang didendangkan. Bukan hanya dia sebagai anak yang merasakan tekanan. Aku juga merasa gagal menjadikannya seorang yang sesuai harapanku saat ini. Masihkah kalian menyalahkan kami semata sebagai orang tua?.

Aku hanya berusaha terus membaca lembar demi lembar yang aku temukan. Lembar demi lembar yang akan mengingatkanku pada kegagalan, tekanan, ketegaran dan penyesalan. Inilah yang sekarang harus kuraba dengan secuil pengharapan mengenai ketiadaan yang akan memperbaiki semuanya. Semoga saja.

Ini adalah tulisan terakhir sebelum dia memutuskan meninggalkan rumah ini. Sengaja dia selipkan dibelakang lukisan kuda dipojok kanan ruangan bercat hijau muda. Ruangan 4 X 5 meter yang hanya berisi karpet bunga merah ukuran 3 X 3 meter dan sebuah televisi 21inch terlihat sudah sesak. Tidak lebih sesak dari pikiranku sekarang akibat tulisan-tulisan kalengnya.

“ ibu, aku tidak bermaksud membuatmu semakin berduka dengan ketiadaan bapak yang entah kemana. Aku juga tidak bermaksud menjadikan rumah ini semakin sepi,karena aku tahu bahwa dengan keberadaanku saat itupun nyatanya tidak membuat rumah ini lebih ramai. Aku merasa inilah waktu yang tepat setelah aku menunggu bertahun-tahun dengan pengharapan adanya pemerintahan baru yang lebih demokratis dirumah yang maaf,aku menyebutnya penjara kaum militan ini. Mencari bapak adalah alasan yang sepertinya tepat untuk kepergianku saat ini. Tapi sekali lagi maaf jika aku sudah membohongi ibu bahwa sebenarnya tujuan utamaku bukan untuk mencari bapak melainkan untuk menghindari sikap tirani yang selama ini telah membuatku tersingkir dari mimpi-mimpi besarku. Mimpi besar untuk menjadi seniman yang menurut bapak dan ibu hanya akan membuat kita semakin gaduh terasing dalam kegilaan dunia ini, dan yang tak kalah penting menurut kolega kalian adalah pekerjaan orang yang tak punya masa depan. Tapi inilah yang aku sebut masa depan. Aku hanya meminta restu dari ibu untuk kelancaran masa depanku ini. Aku akan pulang ketika masa depanku bisa ibu banggakan dan sukses tentunya. Dan satu hal lagi, aku akan sukses hanya dengan restu dan doa dari ibu. “


Aku masih bingung bagaimana menjadikan bubur ini kembali menjadi nasi. Solusinya hanya dengan mencari beras baru untuk dijadikan nasi. Mengenali karakteristiknya, memasaknya dengan sederhana, sabar dan teliti hingga tak ada lagi kelalaian yang akan merubahnya menjadi bubur. Tidak perlu menambahkan sesuatu yang berlebih. Hanya butuh berada pada tingkat cukup. Dan semua akan berjalan.

Tetaplah hidup untuk menghidupi Hidupmu

Pada dasarnya hidup adaLah makna,
entah arti apa yang suLit djeLaskan.
Kita yang memberikan makna pada hidup.
Berguna atau tidak itu urusan hasiL.
MenjeLaskan makna itu berguna.
MenjeLaskan makna itu sia-sia.
Kita tidak pernah tahu apakah yang kita Lakukan itu sungguh berguna atau sia-sia.
PaLing tidak kita teLah meLaksanakan hidup,mencoba memberi arti.
WaLau untuk hasiL sia-sia.
Dan satu haL,
Sia-sia bukan berarti tidak berguna.

Sampaikan Narasi ini dengan Ramah

“....walaupun dirimu tak besayap ku akan percaya kau mampu terbang bawa diriku tanpa takut terjatuh, walaupun kau bukan titisan dewa ku takkan kecewa karena kau jadikanku sang dewi dalam damai surgawi ”

Lantunan lirik lagu itu sekarang tak punya andil besar dalam hidupku, terutama untuk kehidupan cintaku yang sedang koma atau bahkan sudah mati. Aku sendiri tak mau mendeskripsikannya. Yang pasti saat ini aku masih menunggumu untuk kembali menyanyikan lagu itu untuk soundtrack kisah kita. Kembalilah menjadi nyawa kehidupanku yang mati suri sejak kau pergi. Ijinkan aku menjadikanmu nyawa untuk menghidupi kematianku. Dan percayalah lagu itu akan kau nyanyikan lagi. Untukku. Untuk kita.

Ada aku, kamu dan Tuhan yang sebenarnya tahu bahwa kita masih saling mencintai. Jangan berpikir hanya kamu yang menahan kedukaan dengan senyum getir itu, aku juga. Sebenarnya kamu juga tahu tentang tujuanku berlari melawan ranjau-ranjau menuju hatimu, tapi seakan kamu menutup itu tanpa kunci hingga aku tahu suatu saat aku akan bisa kembali masuk untuk menguncinya. Biarkan aku tertatih dulu dengan ranjau yang ada, hanya aku. Atau berlarilah bersamaku untuk melawan semua ranjau yang aku yakin suatu saat akan dapat kita luluhkan. Tuhan yang akan memutuskan kehidupan kita nanti, besok, Lusa dengan suka

Tetaplah bertahan. Aku akan tetap menjadi dewa tak bersayap yang mencoba mengajakmu terbang dengan aman, menjadikanmu dewi dalam damai surgawiku sampai aku letih melakukannya. Dan aku tidak akan letih untuk melakukan itu. Karena aku mencintaimu.

Spend all your time waiting
For that second chance,
For a break that would make it okay

There's always some reason
To feel not good enough
And it's hard, at the end of the day

And maybe I'll find some peace tonight
( angeL – s. Lachlan )

saya beLum masuk List ini

Beberapa Nama Penulis Terkenal Dunia :

• Enid Blyton

Bila Anda termasuk penggemar cerita fiksi anak, pasti Anda ingat dengan novel “Lima Sekawan”. Novel fiksi yang selalu bercerita tentang petualangan 4 orang anak dan seekor anjing ini berhasil mencuri hati para pembaca.

Penulisnya sendiri adalah warga Inggris yang lahir pada 11 Agustus 1897 dan meninggal pada 28 November 1968. Selain Lima Sekawan, Enid Blyton juga menulis novel dengan tokoh Sapta Siaga dan Pasukan Mau Tahu.

• J.R.R Tolkien

Nama penulis terkenal yang satu ini mungkin tidak terlalu akrab di telinga masyarakat Indonesia. Tapi film “The Lord of The Rings” yang fenomenal tentu sudah pernah Anda dengar. Film tersebut berdasarkan novel yang ditulis oleh J.R.R Tolkien sekitar tahun 1954-1955.

Novel “The Lord of The Rings” sendiri adalah lanjutan dari novel pertama J.R.R Tolkien yang berjudul “The Hobbit” yang ditulisnya sekitar tahun 1937. Penulis yang berkebangsaan Inggris ini lahir pada 3 Januari 1892 dan meninggal pada 2 September 1973.

• Sir Arthur Ignatius Conan Doyle

Anda tentu pernah mendengar nama Sherlock Holmes. Nama ini adalah nama tokoh fiksi yang merupakan seorang detektif dengan kemampuan otaknya yang sangat cerdas. Siapa penciptanya? Siapa lagi kalau bukan Sir Arthur Ignatius Conan Doyle.

Seorang laki-laki berkebangsaan Inggris yang lahir pada 22 Mei 1859 dan meninggal pada 7 Juli 1930. Tokoh detektif Sherlock Holmes sendiri lahir tahun 1886 dan terinspirasi oleh salah satu dosen Doyle bernama Dr.Joseph Bell.

• J.K Rowling

Nama penulis terkenal yang satu ini tentu sudah tidak asing lagi. J.K Rowling, namanya langsung melejit seiring dengan naiknya kepopuleran Harry Potter, si anak penyihir yang memiliki bekas luka di dahi.

Pada awal tahun 1990-an, penulis wanita ini mendapat ide untuk menulis kisah Harry Potter. Di tengah kesulitan ekonomi, J.K Rowling harus menulis di lembaran-lembaran tissue yang dilakukan di kedai-kedai kopi. Walau sempat ditolak penerbit beberapa kali, akhirnya Harry Potter pun berhasil diterbitkan, bahkan melejit di berbagai belahan dunia.

• Agatha Christie

Bagi penggemar novel detektif, Anda tentu tidak asing dengan nama penulis terkenal yang satu ini. Agatha Christie yang lahir pada 15 September 1890 dan meninggal pada 12 Januari 1976, telah menulis sedikitnya 80 cerita kriminal yang sangat rumit, baik dalam bentuk novel maupun cerita untuk sandiwara teater.

Hercule Poirot dan Miss Marple adalah tokoh fiksi yang ia ciptakan untuk memecahkan kasus-kasus pelik dalam ceritanya. Alur cerita yang rumit, teka-teki yang memusingkan, dan akhir cerita yang kadang mengejutkan, telah membuat banyak pembaca jatuh hati pada penulis wanita yang satu ini.

***

nama-nama ini saya dapat dari asian brain. sebenarnya saya sendiri juga kurang mengenal penulis- penulis ini. karena tiap kali saya sms tidak ada yang mau bales. Kalaupun dibales juga paling balesannya gini ' sorry,who are you?'...

yang jelas informasi ini supaya teman-teman semua sadar bahwa bukan hanya teroris, bandit, koruptor, pelaku video porno, pemakai narkoba, artis kontroversial, makelar kasus saja yang bisa melambung namanya. Penulis juga punya tempat untuk menjadi orang yang 'lebih'. Dan mulai sekarang mari kita menulis!! ( paling tidak untuk memberi penghasilan buruh pabrik kertas )
Lakukan Sekarang...

Puisi Bacharudin Jusuf H. untuk sang Istri

Sebenarnya ini bukan tentang kematianmu, bukan itu.
Karena, aku tahu bahwa semua yang ada pasti menjadi tiada pada akhirnya,
dan kematian adalah sesuatu yang pasti,
dan kali ini adalah giliranmu untuk pergi, aku sangat tahu itu.

Tapi yang membuatku tersentak sedemikian hebat,
adalah kenyataan bahwa kematian benar-benar dapat memutuskan kebahagiaan dalam diri seseorang,
sekejap saja, lalu rasanya mampu membuatku menjadi nelangsa setengah mati,
hatiku seperti tak di tempatnya,
dan tubuhku serasa kosong melompong, hilang isi.

Kau tahu sayang,
rasanya seperti angin yang tiba-tiba hilang berganti kemarau gersang.
Pada airmata yang jatuh kali ini, aku selipkan salam perpisahan panjang,
pada kesetiaan yang telah kau ukir, pada kenangan pahit manis selama kau ada,
aku bukan hendak mengeluh, tapi rasanya terlalu sebentar kau disini.

Mereka mengira aku lah kekasih yang baik bagimu sayang,
tanpa mereka sadari, bahwa kaulah yang menjadikan aku kekasih yang baik.
mana mungkin aku setia padahal memang kecenderunganku adalah mendua,
tapi kau ajarkan aku kesetiaan, sehingga aku setia,
kau ajarkan aku arti cinta, sehingga aku mampu mencintaimu seperti ini.

Selamat jalan,
Kau dari-Nya, dan kembali pada-Nya,
kau dulu tiada untukku, dan sekarang kembali tiada.
selamat jalan sayang,
cahaya mataku, penyejuk jiwaku,
selamat jalan,
calon bidadari surgaku ….
BJ.HABIBIE

situh Okee...?

Ini cerita pas saya di Rumah Sakit, lebih tepatnya lagi ngejenguk orang sakit. Ceritanya bukan tentang yang saya jenguk atau dokter dan kroni-kroni RS tersebut. Tentang polisi yang juga sedang nungguin orang sakit.

Narasinya begini. Kesan pertama aku lihat tu polisi. Beeuuuuh gahar abis, Laki banget dahh. Ibarat artis ma Vino Bastian Lupa fitnes, lebih punya berat badan gitu. Udah bisa ngebayangin...?dikit ya. Oke lanjut lagi, si mr.PoLice atau lebih akrab dipanggil pak sipili...eh,pak polisi maksudnya. Dia pake baju biru tanpa saku depan ( belakang sih kurang tau yagg..) bagian tangan agak dilipet sampe siku entah cuma ditarik tarik. Resky Aditya style gitulah. Tu baju dimasukin ala-ala pegawai kantoran. Kantor polisi maksudnya. Celana yang dipake adalah celana bahan kain warna biru tua gitu kalo nggak salah,berarti bener. Bukan bahan jeans dan satu hal lagi, tidak disobek. Kalu kemungkinan sobek sih ada. Soalnya bahan kain, bukan kayu.

Nah, usut punya usut. Si polisi itu sedang ngejagain penjahit (maaf, penjahat maksud saya) yang belum sempet disidangin. Ya iyalah, gimana mau disidangin orang dia itu pelaku curanmor yang kurang beruntung digebukin masa sampe nggak bisa melek dan walhasil masuk Rumah sakit pula. Yang aku liat disana sih cuman bisa merem. Tau nggak??..itu tangan sama kaki penjahat tetep aja diborgol, biarpun sudah tersungkur lemas. Takut kabur mungkin, pastinya. Tapi kalau dipikir-pikir, jangankan rencana kabur. Rencana hidup buat besok aja belum dipikirin. Nah gimana bisa kabur!! Mana nggak ada satupun keluarga yang ngejenguk. Bayangin tuh!!. Ini penjahat katanya berasal dari pulau seberang pembaca, Palembang. Betapa nestapanya hidup kau wahai gangster yang terkulai lemah 10meter dari tempatku duduk. Hehee..

Kembali lagi ketopik awal, polisi. Si epak polisi entu pan duduknye deket jendela kamar si penjahat. (pengaturan bahasa : normal ) dia duduk sambil baca koran, ngemil, ngedumel, lirik kanan-kiri. Inilah awal mula terbongkarnya kedok si Pak polisi ini. Mulai serius. Waktu itu dia kan baca koran, sudah dijelaskan diatas. kemudian ada suara hape bunyi. Kira- kira si bapak polisi ini pake ringtonenya the Bagindas yang saya kurang tau judulnya apa. Tapi begini lagunya ‘ cuka, cuka, cuka yang kurasakan. Bertubi, tubi, tubi...’ begitulah yang dapat sayya tangkap. Tapi saya kurang yakin dengan lirik ‘cuka’. Mohon dimakhlumi. Saya bukan anak gahooL yang tau tu lagu. Oke kembali ke benang merah. Dan waktu hapenya bunyi, otomatis dilihat apakah ada pesan masuk atau panggilan entah dari siapa (yang jelas bukan dari Yang Maha Kuasa). Taukah anda???bahwasanya ada hal yang membelalakan mata saya dengan apa yang terjadi tidak tepat didepan mata saya ini. Si bapak polisi yang gahar, macho, charming dan laki banget itu mengangkat hapenya dan ternyata oh ternyata hapenya itu pake gantungan hello kitty, warna pink pula.
Heuuuuuuuuuu cin, kita2 orang ma kalah ama tu lekong.!! Yukk mariii

Satire

masih dipikirkan..dan sayangnya saat ini saya tidak ingin memikirkan hal itu(hLoooh..)

Pikiran - Pikiran Jenuh


Sudah pernah ku katakan, aku hanya kalah dengan keberuntungan dan nepotisme. Itulah yang sampai saat ini membuatku terus gagal dan terkadang harus patah. Sekarang adalah titik jenuh dengan semua penghalang kegagalanku. Mulai hari ini aku akan melawan keberuntungan yang sepertinya belum mau sedikit menopang skenario kusut hidupku dengan doa. Yaa, hanya doa senjataku. Dan aku akan berusaha melawan nepotisme dengan berdiam hingga mereka sadar bahwa parasit akan cepat mati.
Aku harus tetap hidup sampai aku merasa hidupku telah cukup. Karena aku tahu bahwa Tuhan menciptakanku bukan tanpa sebab. Tuhan menciptakanku untuk menjadi seorang pejuang yang akan menang. Aku memang seorang pemimpi, karena orang sepertiku tidak akan bisa bertahan tanpa mimpi besar. Inilah kelebihanku, menjadi pemimpi ulung.
Banyak yang aku pelajari sekarang, dari masalah pro- kontra pentingnya bersekolah. Dan aku putuskan bahwa sekolah  itu sangat penting. Penting untuk mengetahui bahwa sebenarnya bersekolah itu tidak penting. Penting untuk memikirkan betapa tidak pentingnya bersekolah. Inilah yang membuatku yakin tentang pentingnya bersekolah. Diluar itu semua, bersekolahlah untuk menjadi orang yang sok penting.
Berdalihlah bahwa semua demi kebaikan dan ketertiban. Kebaikan yang semakin tidak baik karena aturan- aturan konvensional yang terus membuat hidupku istirahat ditempat dengan police line para pemikir tirani. Kekuasaan yang seolah menjadi simbol- simbol kebesaran yang sejatinya vakum. Para penggila hormat yang semakin membuatku muak. Para pemain watak yang membuatku semakin laknat. Dan para penjilat yang membuatku semakin tamat.
Sikap antipati nyatanya tidak menjadi solusi jitu merubah semua tatanan. Hanya membuat kedoknya semakin bertengger dilevel atas. Apalagi konfrontasi yang justru akan membuat penggagasnya basi karena mati suri.
Konklusinya : bergabunglah dalam dunia- dunia yang membuatmu jatuh agar semakin lama kalian mengaduh dan terpendam hidup- hidup dalam ketidak pedulian